TheTapaktuanPost | Tapaktuan. Digoyang dengan aksi unjuk rasa puluhan petugas Damkar di Kantor Bupati Aceh Selatan, Jumat (16/4/2021) pagi. Kalak BPBD Aceh Selatan Cut Syazalisma S.STP mengaku siap meladeni permintaan anak buahnya itu. Alumni STPDN ini menegaskan bahwa dirinya siap diganti kapan saja oleh pimpinan daerah selaku pemegang kewenangan mutlak.
“Sebenarnya tidak perlu repot-repot harus di demo segala macam, jika hari ini turun perintah berhenti dari atasan maka hari ini juga saya berhenti. Rasa jenuh, lelah dan kecewa saya pun sudah di ubun-ubun, baik pun saya berbuat selama ini. Saya benahi internal demi meningkatkan kualitas pelayanan, saya korbankan waktu, pikiran, keluarga siang malam tapi tetap tidak pernah di anggap. Tetap dinilai negatif,” kata Cut Syazalisma S.STP saat dimintai tanggapannya oleh TheTapaktuanPost via sambungan telepon, Jumat (16/4/2021) usai berlangsungnya unjuk rasa petugas Damkar di kantor bupati.
“Prinsip saya tidak berorientasi mempertahankan jabatan. Prinsip saya sangat jelas adalah bagaimana caranya berbuat yang terbaik kepada daerah dan masyarakat Aceh Selatan. Jika apa yang telah saya lakukan bagian dari mewujudkan pelayanan berkualitas kepada masyarakat tetap dipandang salah, maka lebih baik saya tidak berada lagi di instansi tersebut. Kita harus mempercayakan kepada sosok-sosok pejabat lain yang mungkin lebih mampu dari kita,” tambah Cut Syazalisma.
Menurutnya, aksi unjuk rasa tersebut terjadi berawal dari sikap membangkang beberapa oknum petugas Damkar yang merasa memiliki pengaruh dan sok berkuasa sehingga menggalang perlawanan pasca dirinya menerapkan sanksi pembinaan terhadap 2 orang petugas.
“Terhadap petugas-petugas yang tidak mengindahkan perintah atasan memang sering saya berikan sanksi pembinaan. Terakhir ada 2 orang petugas yang saya pindahkan dari Pos Damkar 01 Tapaktuan ke Pos Damkar Sawang dan Meukek untuk memperkuat personel di sana. Ternyata semalam mereka melakukan penggalangan dukungan terkait rencana digelar unjuk rasa hari ini,” ungkap Cut Syazalisma.
Cut Syazalisma membantah tuduhan yang menyebutkan dirinya memotong dan menyalahgunakan anggaran honor gaji dan uang lelah petugas Damkar. Menurutnya, honor gaji tersebut selalu rutin disalurkan secara penuh. Sedangkan terkait uang lelah, sekarang ini persoalannya sudah beda akun dalam proses pencairannya. Sebab proses pencairan anggaran melalui system SIPD tidak bisa dengan sekehendak dan semau pihak tertentu, melainkan harus di sesuaikan apalagi SIPD sekarang ini sudah digandeng dengan SIMDA.
“Dalam system namanya uang lembur, sedangkan yang harus disalurkan adalah uang jerih payah atau jasa pelayanan. Jadi harus di sesuaikan namanya dalam akun SIPD dan SIMDA. Jadi kalau sampai begini di tuduh saya macam-macam, itu jelas-jelas sudah mengarah ke fitnah. Sebab bagaimana saya salurkan sementara uangnya saja belum bisa di tarik,” sesal Cut Syazalisma.
Sedangkan terkait janji akan memberikan hadiah kepada pemenang lomba saat acara HUT Damkar, Cut Syazalisma mengatakan bahwa janji tersebut adalah janji pribadi dia. Jika sudah ada uang pribadi dia maka segera akan disalurkan sebab yang namanya janji tetap harus dilaksanakan.
“Yang jadi persoalannya saat ini, saya belum memiliki uang pribadi yang cukup untuk menunaikan janji itu, sebab tidak ada dalam DPA anggaran janji pemberian bonus itu. Yang namanya janji tetap harus saya tepati, namun ya harus sabar,” ujarnya.
Dia mengaku sangat kecewa dengan sikap dan langkah yang di tempuh oleh petugas Damkar. Sebab, ujarnya, terkait persoalan yang belum tentu sepenuhnya telah diketahui duduk persoalannya langsung diumbar dan di buka ke pimpinan atas bahkan ke public.
“Saya ini kan ibarat sebuah rumah atau keluarga, ayah tertua dari mereka. Jika ada persoalan prinsipil kan bisa di ajak duduk bersama lalu disampaikan secara langsung duduk persoalannya. Ini untuk apa lagi, saya benar-benar sudah dipermalukan,” sesalnya.
Yang perlu diketahui oleh publik, kata Cut Syazalisma, Gerakan-gerakan perlawanan yang di organisir oleh oknum tertentu di internal personel Damkar Aceh Selatan bukan ini kali pertama terjadi, melainkan sudah berulang kali terjadi dan bahkan telah dirasakan di beberapa periode masa kepemimpinan Kalak BPBD Aceh Selatan sebelumnya.
“Kejadian seperti ini sudah sering terjadi dan orang-orangnya itu-itu juga. Hal itu terbukti, di masa kepemimpinan Kalak BPBD Aceh Selatan Erwiandi, juga pernah terjadi, dan kepemimpinan-kepemimpinan sebelumnya saat masih bergabung dengan Satpol PP dibawah kepemimpinan Rahmatuddin dan Nazari,” beber Cut Syazalisma.