TheTapaktuanPost | Tapaktuan. Kualitas pendidikan di sekolah boarding school Madrasah Ulumul Quran (MUQ) Aceh Selatan yang berlokasi di Gampong Panjupian, Kecamatan Tapaktuan benar-benar sedang berada di titik nadir (ujung tanduk). Berbagai persoalan pelik terus mendera pesantren yang mendidik insan Qur`ani penghafal ayat-ayat suci Al-quran tersebut.
Mulai dari persoalan lauk nasi berbelatung (bakteri warna putih), pemecatan guru gara-gara penyitaan HP santri anak pejabat hingga kasus terbaru persoalan krisis air bersih akibat rusaknya jaringan pipa yang terpasang di Krueng (Sungai) Gampong Panjupian akibat dihantam banjir pada Senin (3/11/2025) malam lalu.
Kerusakan jaringan perpipaan darurat yang terbuat dari material pipa paralon (non-besi) tersebut mengakibatkan suplai air bersih dari sungai gampong setempat ke MUQ Aceh Selatan putus total sejak Selasa (4/11/2025) lalu. Ratusan santri bersama dewan guru di satu-satunya pesantren penghafal Al-quran milik Pemkab Aceh Selatan tersebut terkendala total untuk keperluan mandi cuci kakus (MCK) serta air untuk berwudhuk shalat lima waktu.
Informasi dihimpun, persoalan krisis air bersih yang merupakan kebutuhan dasar umat manusia di muka bumi itu benar-benar makin melengkapi penderitaan dan kesusahan anak-anak generasi emas penerus estafet kepemimpinan daerah dimasa depan yang sedang berjuang menuntut ilmu di pesantren yang menjadi harapan dan kebanggaan rakyat Aceh Selatan itu.
“Untuk kebutuhan MCK, para santri terpaksa berebut mandi menggunakan sisa air yang diangkut armada pemadam kebakaran sebab kebutuhannya tak cukup dibandingkan jumlah santri. Sebagian santri ada yang terpaksa lari ke Gedung KIR kendaraan dan kantin diluar pagar MUQ demi mendapatkan air,” ungkap sumber yang menyaksikan langsung peristiwa krisis air bersih tersebut.
Untuk mengatasi makin parahnya kondisi kocar-kacir para santri akibat krisis air bersih tersebut, akhirnya pada Rabu (5/11/2025) malam, jajaran dewan guru bersama Dinas Pendidikan Dayah yang diwakili Kepala UPTD MUQ Aceh Selatan, Ismail, memutuskan mengizinkan para santri pulang ke rumah masing-masing dan proses belajar mengajar (PBM) diliburkan selama dua hari. Para santri dijadwalkan akan kembali ke MUQ pada Jumat (7/11/2025) sore.
Kepala UPTD MUQ Aceh Selatan, Ismail, yang dimintai konfirmasi pada Kamis (6/11/2025) siang, membenarkan pihaknya bersama dewan guru telah meliburkan proses belajar mengajar di MUQ.
“Libur kami rencanakan selama dua hari, namun jika proses perbaikan pipa belum juga tuntas akan diberitahukan info lebih lanjut. Meski libur tapi proses belajar mengajar tetap berjalan dari rumah melalui daring (zoom). Hal itu telah kami sampai baik ke dewan guru maupun santri,” kata Ismail.
Sejak hujan deras melanda kawasan itu pada Senin (3/11/2025) malam yang mengakibatkan rusaknya jaringan perpipaan sehingga suplai air putus total, kata Ismail, pihaknya langsung bergerak cepat mencari solusi terkait pemenuhan kebutuhan air para santri yaitu dengan cara mendatangkan air menggunakan armada pemadam kebakaran milik BPBD.
“Ada empat armada kita kerahkan pada Selasa malam, namun pada Rabu malam pengangkutan air sudah tak berjalan lagi karena sopir mengeluhkan sulitnya mendapatkan minyak BBM jenis soolar. Makanya kami memutuskan meliburkan sekolah sambil terus memburu perbaikan jaringan perpipaan yang rusak,” ujarnya.
Ismail mengakui bahwa, persoalan krisis air bersih di MUQ Aceh Selatan merupakan persoalan lama (klasik) yang terus berulang belum ada solusi penanganan yang permanen dan tuntas. Namun demikian, dia sempat mendengar kabar Pemkab setempat ada mengalokasikan anggaran sebesar Rp200 juta untuk pembangunan jaringan perpipaan permanen ke MUQ, tapi dia mengaku belum menerima informasi akurat apakah proyek itu sudah dikerjakan atau belum.
“Kabarnya ada anggaran tersebut di PUPR, tapi dilapangan kami pantau sudah mulai ada pengerukan apakah untuk pembangunan pipa air bersih ke MUQ atau bukan kami belum tahu persis. Kami berharap proyek tersebut dapat segera di realisasikan agar krisis air bersih dapat segera teratasi,” pinta Ismail.
Sementara, Kabid Cipta Karya Dinas PUPR Aceh Selatan Darma Sabri ST sejauh ini belum berhasil dimintai konfirmasi, dihubungi ke nomor teleponnya tak diangkat meski terdengar jelas suara panggilan masuk dan pesan WA yang dikirim juga tak dibalas.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas PUPR Aceh Selatan, Saiful Kamal, membenarkan pihaknya ada mengalokasikan anggaran untuk perbaikan pipa MUQ namun pagu anggaran sangat kecil yaitu hanya sebesar Rp90 juta sumber APBK 2025.
“Padahal untuk memaksimalkan penanganan kemaren itu kami minta dialokasikan anggaran sebesar Rp500 juta tapi sayangnya yang dialokasikan hanya Rp90 juta. Angka sebesar itu hanya cukup untuk bisa memasang pipa (memisahkan jaringan pipa MUQ dengan jaringan pipa milik masyarakat gampong setempat, (fasum dan fassos),” kata Saiful Kamal.
Saat ditanya apakah pagu anggaran Rp90 juta tersebut sudah mulai dikerjakan oleh pihak ketiga?, Saiful Kamal mengatakan proses pekerjaan baru mulai berkontrak sekitar dua hari lalu.
“Karena anggarannya kecil, maka PUPR hanya memasang pipa dari intake ke MUQ tidak memperbaiki intake. Perbaikan intake dilakukan pihak BPBD melalui tanggap darurat, informasi dari kepala BPBD barusan katanya suplai air sudah mengalir kembali tapi bentuknya hanya penanganan darurat, jika kembali dihantam banjir berpotensi akan mengalami gangguan kembali,” kata Saiful Kamal seraya menyatakan untuk penanganan krisis air bersih di MUQ yang betul-betul maksimal PUPR butuh alokasi anggaran lebih kurang Rp400 juta lagi.
Anggaran sebesar itu, jelas Saiful Kamal, antara lain akan dipergunakan untuk perbaikan intake dan membuat reservoir di kompleks MUQ (Cadangan air saat bencana) berkapasitas 25-30 M2 sehingga bisa untuk cadangan air antara 2-3 hari, yang bisa dimanfaatkan sambil menunggu selesainya proses penanganan sehingga proses belajar mengajar di MUQ tak terganggu.





