Petani Kluet Timur Kecewa, Sekitar 20 Hektar Lahan Padi Telah Keluar Bulir Rusak Diserang Hama Tikus

TheTapaktuanPost | Kluet Timur. Dari seluas 100 hektar lebih lahan sawah yang sudah siap ditanam padi di Gampong Durian Kawan, Kecamatan Kluet Timur, Aceh Selatan sekitar 20 hektar diantaranya telah rusak akibat diserang hama tikus.

Kondisi ini sangat mengecewakan petani setempat. Sebab, serangan hama tikus ini berlangsung persis disaat tanaman padi sedang bagus-bagusnya tumbuh bahkan sebagiannya sudah keluar bulirnya pasca berlangsungnya tanam padi serentak yang dihadiri langsung Bupati Aceh Selatan, Tgk. Amran beberapa waktu lalu.

“Sejumlah petani ada yang meneteskan air mata melihat padinya telah rusak diserang hama tikus. Padahal tanaman padi yang penanaman serentaknya langsung di hadiri Bupati Aceh Selatan Tgk. Amran itu sedang bagus-bagusnya tumbuh. Bahkan sebagiannya ada yang telah keluar bulirnya,” kata Tabrani Atim, salah seorang petani setempat kepada TheTapaktuanPost di Tapaktuan, Kamis (16/7/2020).

Ia mengatakan, pasca gencarnya Bupati Aceh Selatan Tgk. Amran menggalakkan program ketahanan pangan bahkan tak jarang bupati langsung turun ke lapangan menanam padi bersama petani, telah membangkitkan semangat (motivasi) para petani di Aceh Selatan khususnya di Gampong Durian Kawan, Kecamatan Kluet Timur menggarap lahan sawahnya masing-masing.

Karena itu pula, ujar Tabrani Atim, dari sekian lama pola tanam padi di wilayah itu hanya berlangsung satu kali dalam setahun, sejak tahun lalu telah berlangsung dua hingga tiga kali setahun dengan kalkulasi lahan sawah yang digarap oleh petani terus meningkat, karena banyak lahan-lahan terlantar sudah dijadikan lahan produktif.

Namun sayangnya, lanjut Tabrani, ditengah para petani sedang semangat-semangatnya menggarap lahan sawahnya demi untuk meningkatkan produksi gabah di Aceh Selatan, para petani justru harus berjuang kembali melawan “gempuran” serangan hama.

“Cukup sedih nasib petani di Gampong Durian Kawan, disaat padi sedang bagus-bagusnya tumbuh tiba-tiba diserang hama tikus. Lahan yang telah diserang ini dipastikan gagal panen, sehingga persoalan ini telah menjadi pukulan telak karena sangat merugikan kami,” sesalnya.

Keuchik Gampong Durian Kawan, Mukrizal yang dihubungi dari Tapaktuan, membenarkan bahwa dari seluas 100 hektar lahan padi di gampongnya, sekitar 20 % diantaranya telah rusak di serang hama tikus.

“Sebenarnya serangan hama tikus ini telah berlangsung lama tapi serangannya masih terhadap beberapa hektar lahan padi. Puncaknya itu baru sekitar beberapa hari lalu,” ujarnya.

Menurutnya, serangan hama tikus kali ini tergolong paling parah dibandingkan beberapa tahun terakhir. Sebab selain telah merusak puluhan hektar padi sehingga dipastikan gagal panen, keberadaan kawanan tikus sawah itu juga tergolong paling banyak dari sebelum-sebelumnya.

“Saat malam hari itu, terdengar jelas suara kawanan tikus ribut di dalam sawah. Benar – benar ramai kawanan tikus itu. Makanya lahan sawah yang telah diserang diobrak-abrik hancur sehingga dipastikan gagal panen,” ungkapnya.

Meskipun serangan hama tikus telah mengobrak-abrik puluhan lahan padi di gampong setempat, ia mengaku sejauh ini belum ada langkah penanganan maupun bantuan dari dinas terkait di jajaran Pemkab Aceh Selatan.

Untuk menanggulangi atau menangkal agar serangan hama tikus tak semakin parah dan meluas, para petani mulai melakukan upaya penanggulangan secara manual yakni dengan cara membuat atau memasang plastik di selingkar sawah dan sebagian petani lainnya ada juga membasmi hama dengan cara menabur racun.

“Sejumlah petani yang telah memasang plastik di selingkar sawahnya sudah terbukti mampu menyelamatkan padinya yang sedang bagus-bagusnya tumbuh bahkan sebagiannya telah keluar bulir padi, dari serangan hama tikus. Sebab jika sudah di pasang plastik, tikus tidak bisa masuk lagi ke dalam lahan sawah,” jelasnya.

Sedangkan tehnik membasmi hama tikus dengan cara menabur racun, dinilai kurang ampuh. Sebab meskipun cukup banyak hama tikus yang mati setelah dimakan racun, tapi tak mampu menjamin tanaman padinya aman dari serangan kawanan tikus lainnya.

“Tikus yang mati setelah diracun itu tergolong banyak juga. Tapi kawanan tikus lainnya tetap kembali muncul karena perkembang-biakannya saat ini juga cukup banyak. Sehingga belum aman jika belum dipasang plastik,” katanya.

Namun yang menjadi kendala bagi petani saat ini, sambung Mukrizal, untuk pengadaan plastik tersebut membutuhkan biaya tergolong lumayan besar. “Tadi saya tanya sama petani berapa satu lembar plastik?, katanya mencapai Rp. 250.000/lembar. Sementara dalam satu hamparan sawah itu mencapai ratusan meter sehingga membutuhkan puluhan lembar plastik,” katanya.

Karena itu, ia mewakili petani di wilayah itu mengharapkan kepada pihak dinas terkait di jajaran Pemkab Aceh Selatan segera mengambil langkah-langkah strategis untuk menanggulangi persoalan serangan hama tikus tersebut, sehingga tidak semakin meluas.

“Kami harap, persoalan ini segera ditanggulangi oleh dinas terkait. Sebab jika terus meluas maka akan merusak ratusan hektar lahan padi lainnya di Kecamatan Kluet Timur. Jika hal ini sampai terjadi, dikhawatirkan akan mengganggu target produksi gabah di Aceh Selatan, karena lahan padi produktif di Aceh Selatan itu sebagian besarnya berada di Kecamatan Kluet Timur,” pungkasnya.