TheTapaktuanPost | Meukek. Beragam cara dilakukan pemerintah dan masyarakat demi mencegah dan menangkal penyebaran wabah virus corona (Covid-19) di daerahnya masing-masing.
Lain halnya pula yang dilakukan masyarakat Meukek. Wilayah kecamatan yang terdiri dari 23 desa dengan jumlah penduduk mencapai 19.421 jiwa lebih tersebut, berkumpul di masjid-masjid desanya masing-masing menggelar Dzikir Ya-Latif, rateeb seribu, bershalawat kepada nabi dan membaca yasin selama tiga malam berturut-turut.
Uniknya, setelah “menamatkan” pembacaan kalam ilahi rabbi yang dipandu langsung oleh tengku-tengku (ulama) pesantren tersebut, rangkaian kegiatan yang dinamakan “tolak bala” atau menolak mara bahaya itu, diakhiri dengan pawai obor mengelilingi wilayah perkampungan penduduk pada malam hari.
Seluruh masyarakat di masing-masing gampong tumpah ruah turun ke jalan lalu menggelar long march berjalan kaki sembari membawa obor yang terbuat dari bambu menuju muara sungai dengan jarak tempuh selama satu hingga dua jam perjalanan.
Sampai di muara sungai, obor yang di ibaratkan sebagai simbol mara bahaya (dalam bahasa Aceh “bala”) tersebut, secara serentak dibuang ke sungai yang selanjutnya akan hanyut ke laut lepas.
Camat Meukek, Ramzil Hadi S.STP yang dimintai konfirmasi Jumat (27/3/2020) mengatakan, pasca keluarnya seruan Plt. Bupati Aceh Selatan yang pertama tentang pengaktifan baca doa bersama di gampong-gampong mencegah virus corona, pihaknya bersama pejabat Muspika langsung menggelar rapat dengan seluruh keuchik yang ada di wilayah itu.
Kemudian tindaklanjut dari rapat dengan Muspika tersebut, para keuchik kembali menggelar rapat dengan masyarakatnya di desa masing-masing.
“Hasil rapat di desa, mayoritas desa di Kecamatan Meukek ini warganya sepakat menggelar dzikir Ya-Latif hingga baca yasin selama tiga malam berturut-turut. Dan diakhiri dengan pawai obor sebagai simbol menolak mara bahaya wabah virus corona yang saat ini sedang mengguncang se-antero dunia,” ujar Ramzil Hadi.
Menurutnya, langkah yang dilakukan mayoritas desa di Meukek tersebut merupakan bagian dari kearifan lokal yang telah menjadi tradisi secara turun-temurun sejak zaman dahulu kala.
“Kegiatan ini tidak dilaksanakan secara serentak sekaligus, melainkan digelar secara per mukim. Mulai dari mukim ujong, tengoh, ateh dan bahagia. Diperkirakan kegiatan tolak bala virus corona ini akan berakhir dalam minggu ini, karena hampir rampung seluruh desa,” kata Ramzil Hadi seraya menyatakan ada juga beberapa desa di kecamatan itu yang hanya menggelar pembacaan doa di masjid dan meunasah tanpa menggelar pawai obor simbol “tolak bala”.