Ikhtiar Tgk. Amran Mengembalikan Masa Kejayaan Pala Aceh Selatan

TheTapaktuanPost | Tapaktuan. Dihadapan tim dari Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian RI dan Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan, Bupati Aceh Selatan Tgk. Amran terlihat sangat bersemangat menceritakan masa kejayaan pala sekitar tahun 1997-1998 di daerahnya.

Saat menyambut kedatangan tim pusat terdiri dari Esther M Silitonga dan Indriana Saraswati (utusan Dirjen Perkebunan) serta Namsen SGG bersama Ferry Siagian (BBPPTP Medan) yang secara khusus diutus oleh Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian RI diruang kerjanya, Senin (6/3/2023) pagi.

Bacaan Lainnya

Tgk. Amran didampingi Sekda Cut Syazalisma S.STP dan Kadis Pertanian H. Nyaklah SP, mengungkapkan, berkat komoditas pala itulah membuat masyarakat Aceh Selatan tidak merasakan secara signifikan dampak krisis moneter yang sempat melumpuhkan sendi-sendi ekonomi rakyat Indonesia saat itu.

“Saat krisis moneter 1998, rakyat Indonesia untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja susah. Namun kondisi itu justru berbanding terbalik bagi rakyat Kabupaten Aceh Selatan. Saya masih ingat betul saat itu, harga Sepeda Motor Honda Astrea Prima sekitar Rp4-5 jutaan/unitnya. Hampir rata-rata masyarakat kami sangat mudah membelinya,” cerita bupati penuh semangat.        

Kesejahteraan ekonomi masyarakat Aceh Selatan yang sempat dijuluki daerah “petro dolar” saat itu, kata Tgk. Amran, tiba-tiba berakhir sekitar tahun 2005-2006 akibat munculnya serangan hama jamur akar putih dan penggerek batang.

“Ribuan hektar tanaman pala masyarakat secara tiba-tiba mendadak mati, proses serangan penyakit ini begitu cepat. Daun-daun pala yang dulunya hijau dan lebat tiba-tiba layu dan kering. Produksi komoditas pala anjlok atau turun drastis di Aceh Selatan. Mulai saat itulah fase kejayaan pala hingga daerah ini sempat dijuluki “petro dolar” berakhir sudah,” kata Tgk. Amran.

Serangan hama pala ini, sambung bupati, terus berlanjut sampai saat ini. Yang sangat menyedihkan lagi, upaya masyarakat merehabilitasi kebun palanya yang sudah mati dengan menanam bibit baru juga tak membuahkan hasil sehingga dengan terpaksa mayoritas masyarakat mengalihkan mata pencahariannya dengan bekerja ditempat lain meninggalkan kebun palanya begitu saja.

“Dulu dimasa kejayaan pala, PNS yang terkena mutasi (dinon-jobkan), tak begitu menghiraukannya. Sebab lebih besar pendapatan ekonominya didapatkan dari hasil produksi pala,” ujar bupati sambil berkelakar.

Menyikapi kondisi ini, kata bupati, Pemkab Aceh Selatan sejak masa pemerintahan sebelumnya hingga sekarang telah melakukan berbagai upaya mencari solusi penanganan penyakit hama. Namun sayangnya, hingga saat ini belum ditemukan solusi konkrit yang benar-benar mampu mengatasi serangan penyakit mematikan itu.

“Telah banyak upaya yang telah kami lakukan, diantaranya telah bekerjasama dengan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh dan Balittri. Berbagai penelitian telah dilakukan dengan turun langsung ke lapangan namun belum membuahkan hasil seperti diharapkan,” ungkap bupati.

Kendati demikian, Bupati Aceh Selatan Tgk. Amran menegaskan bahwa kegagalan itu tidak akan memupus semangat dan tekad pihaknya untuk terus mencari cara mengatasi penyakit hama pala yang telah meluluhlantakkan tanaman primadonanya rakyat Aceh Selatan tersebut.

“Alhamdulillah baru-baru ini disebuah kesempatan kami dipertemukan dengan anggota DPR RI asal Aceh dari Fraksi Gerindra Bapak TA Khalid. Dalam kesempatan diskusi panjang lebar, kami melaporkan kondisi tanaman pala di Aceh Selatan telah banyak mati, jika ini tak segera ditangani maka tanaman primadonanya masyarakat ini akan tinggal kenangan,” ungkap bupati.

TA Khalid, cerita bupati, langsung meresponnya dengan memfasilitasi pihaknya bertemu dengan Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian RI, Andi Nur Alamsyah STP,M.T di Jakarta Senin pekan lalu. Bak gayung bersambut, Dirjen Perkebunan, kata bupati, juga langsung meresponnya dengan cepat langsung menurunkan tim ke Aceh Selatan.

“Hingga akhirnya bapak/ibu utusan Bapak Dirjen telah tiba di Aceh Selatan. Kami berharap kepada tim dapat melakukan pengecekan langsung dilapangan sebagai bahan laporan kepada Bapak Dirjen Perkebunan di Jakarta nantinya,” pinta bupati.

Dihadapan tim Dirjen Perkebunan, Bupati Tgk. Amran menitip pesan agar upaya penanganan penyakit pala di Aceh Selatan dapat dilakukan secara tuntas dari hulu hingga hilir. Untuk memaksimalkan upaya tersebut, Tgk. Amran meminta agar dibentuk Unit Perlindungan Tanaman (UPT) di Kabupaten Aceh Selatan.

“Kami usulkan agar dibentuk UPT di Aceh Selatan agar kerja-kerja tim lebih terfokus, segala kendala dan hambatan tolong diberitahukan kepada saya. Dimanapun kendalanya akan saya selesaikan, tinggal dibilang kepada siapa saya harus menghadap akan saya jumpai dengan cepat. Semua ini bagian dari upaya dan ikhtiar kita bersama demi mengembalikan masa kejayaan tanaman pala di Aceh Selatan, jangan sampai tanaman primadonanya masyarakat ini akan tinggal kenangan akibat makin parahnya serangan hama penyakit,” tegas bupati.

Sebelum melepas keberangkatan tim melakukan peninjauan langsung tanaman pala di beberapa titik dalam Kabupaten Aceh Selatan, Bupati Aceh Selatan Tgk. Amran turut menyerahkan cinderamata berupa minyak wangi yang bahan materialnya berasal dari komoditas pala.

“Cinderamata ini sama persis seperti yang saya serahkan kepada Bapak Dirjen Perkebunan di Jakarta beberapa waktu lalu, ini membuktikan bahwa komoditas pala Aceh Selatan selama ini menjadi incaran pembeli untuk di ekspor ke luar negeri,” pungkas bupati.

Pos terkait