TheTapaktuanPost | Bakotim. Keberadaan dua unit pulau yang diberi nama `Pulau Dua` yang berjarak sekitar 500 meter dari bibir pantai Gampong Ujong Pulo Rayeuk, Kecamatan Bakongan Timur (Bakotim), Kabupaten Aceh Selatan, Provinsi Aceh tiba-tiba bagaikan mimpi jatuh bulan purnama dipelukan warga setempat.
Pulau dua yang sudah berusia puluhan abad ini dulunya biasa-biasa saja. Masing-masing pulau dengan luas sekitar 1000-2.000 m2 ini dipenuhi semakbelukar dan pohon-pohon kayu besar diselingi sejumlah pohon kelapa didalamnya. Pulau ini tak berpenghuni, kecuali hanya tempat persinggahan nelayan yang pergi atau pulang melaut.
Kontras terlihat saat ini yang kondisinya berbanding terbalik dari sebelumnya. Setelah objek wisata yang memiliki pesona alam sangat eksotik ini dijadikan skala-prioritas dalam program pengembangan destinasi wisata unggulan oleh Pemkab Aceh Selatan. Salah satu pulaunya dibangun beberapa fasilitas penunjang seperti dermaga apung beserta sejumlah fasilitas lainnya dengan mengucurkan anggaran sumber APBK 2021 mencapai miliaran rupiah.
Tak membutuhkan waktu lama, usai pembangunan selesai dikerjakan akhir tahun 2021 lalu objek destinasi wisata Pulau Dua langsung diserbu pengunjung. Wisatawan yang datang dari berbagai pelosok Aceh Selatan maupun luar daerah bagaikan terhipnotis dengan daya pikat dan keindahan Pulau Dua. Pengunjung membludak dan tumpah ruah khususnya setiap akhir pekan sabtu dan minggu.

Keindahan Pulau Dua telah menjadi `buah bibir` diperbincangkan masyarakat luas. Para penikmat wisata yang belum sempat berkunjung makin dibuat penasaran dihantui perasaan dan pikiran ingin tahu sementara yang sudah berkunjung makin tersenyum lepas disertai perasaan terkagum-kagum, ternyata memang benar layak disebut Pulau Dua `objek wisata bagaikan syurga tersembunyi` di Kabupaten Aceh Selatan.
Multiplier effect
Sudah sekitar empat pekan atau 1 bulan lebih, puluhan perahu nelayan bermesin robin (perahu robin-red) yang selama ini digunakan untuk mencari ikan dilaut lepas, telah dialih fungsikan mengangkut pengunjung (wisatawan) yang hendak menyeberang ke Pulau Dua. Perahu-perahu bermesin robin ini lalu-lalang mengantar jemput pengunjung dari dan ke Pulau Dua yang hanya membutuhkan waktu kurang dari 15 menit.
Wartawan TheTapaktuanPost yang memanfaatkan waktu senggang pada Minggu (23/1/2022) berkunjung ke Pulau Dua, menyaksikan dan merasakan langsung bagus dan bersahabatnya pelayanan yang diberikan masyarakat setempat dibawah pengawasan aparat Gampong Ujung Pulo Rayeuk. Saat baru tiba di kompleks TPI Ujong Pulo Rayeuk, pengunjung yang mengendarai kendaraan roda dua maupun roda empat langsung di sambut beberapa orang pemuda setempat mengarahkan lokasi parkir kendaraan, tentunya ditempat yang teduh dan dingin. Tanpa meminta uang parkir, mereka langsung menawarkan jasa menyeberangkan pengunjung ke Pulau Dua menggunakan perahu robin dengan biaya sebesar Rp. 50.000/orang. Sementara jika ada anak-anak diberikan discon hanya dihitung satu orang.
Jika setuju, mereka langsung membantu menurunkan barang-barang pengunjung dari atas kendaraan untuk dinaikkan ke atas perahu robin, yang telah tersedia baju pelampung dibagikan ke pengunjung sebelum melanjutkan perjalanan menyeberang ke pulau.
Keuchik Gampong Ujong Pulo Rayeuk, Harlizar, saat berbincang-bincang santai dengan TheTapaktuanPost di kompleks TPI setempat, mengungkapkan, pasca objek wisata Pulau Dua resmi dibuka sekitar 1 bulan lalu (setelah dibangunnya sarana prasarana), perekonomian masyarakat setempat mengalami peningkatan drastis sekitar 30 % lebih. Peningkatan daya beli itu sangat dirasakan oleh para pedagang yang berjualan baik di kompleks TPI (didarat) maupun pedagang musiman dengan membuka lapak jualan di Pulau Dua.
“Peningkatan daya beli ini sangat terasa bagi pedagang khususnya setiap akhir pekan sabtu dan minggu serta dihari-hari libur lainnya,” kata Harlizar.
Tak hanya pedagang, penambahan penghasilan juga sangat dirasakan oleh masyarakat lainnya khususnya para nelayan dan para pemuda. Sekitar 60 unit lebih perahu robin milik nelayan setempat secara bergantian terus melayani menyeberangkan pengunjung ke pulau. Sedangkan untuk para pekerja yang bertugas melayani pengunjung baik di darat maupun yang di pulau melibatkan sekitar 45 orang lebih pemuda.
“Alhamdulillah, selama 1 bulan lebih pasca resmi dibukanya objek wisata Pulau Dua ini tak ada lagi pemuda yang menganggur di gampong kami. Mereka sudah ada aktivitas dengan tugas masing-masing melayani pengunjung,” ungkap Harlizar.

Keberuntungan lainnya juga dirasakan para nelayan setempat. Dengan tetap melakukan aktivitas rutinnya mencari ikan dilaut lepas kemudian disela-sela sudah kembali ke darat, kembali mengais rezeki mengantarkan pengunjung pulang pergi ke Pulau Dua.
“Biasanya para nelayan ini pergi melaut setiap harinya sekitar pukul 04.00 WIB subuh dan mereka sudah kembali ke darat sekitar pukul 09.00 WIB pagi. Alhamdulillah, tak seperti dulu lagi menganggur saat sudah kembali ke darat. Kini, mereka dapat kembali bekerja melayani pengunjung ke Pulau Dua hingga sore hari,” kata Harlizar dengan rawut wajah gembira.
“Rata-rata para nelayan ini mendapat penambahan penghasilan usai mencari ikan di laut sekitar Rp. 80.000 – Rp. 120.000/orang,” tambahnya.
Untuk hari-hari biasa, sambungnya, rata-rata rutin menyeberangkan pengunjung antara 50 – 60 orang setiap harinya. Jumlah pengunjung baru membludak setiap akhir pekan sabtu minggu yang mencapai 500 – 600 orang setiap harinya.
“Untuk momen-momen tertentu seperti pada hari Sabtu (22/1/2022) lalu ada kegiatan pengambilan video klip grup music Aceh Apache13 ft Maimunzir Bang Gaes, jumlah pengunjung meningkat drastis mencapai ribuan orang,” ungkapnya.
Ia memastikan bahwa, pengutipan biaya terhadap pengunjung yang ingin menyeberang ke Pulau Dua tak melebihi Rp. 50.000/orang dengan pemberian discon jika ada anak-anak. “Biaya sebesar Rp. 50.000/orang itu merupakan angka mati dan final, saya pastikan tak boleh melebihi dari jumlah itu,” tegas Harlizar dengan nada serius.
Menurutnya, biaya sebesar itu bukan seluruhnya untuk biaya perahu robin menyeberangkan pengunjung ke Pulau Dua, melainkan dari Rp. 50.000 itu dibagi lagi dengan perincian masing-masing untuk ongkos angkut pengunjung dengan perahu robin sebesar Rp. 30.000 (pulang pergi), sebesar Rp. 5.000 untuk pemilik pulau, sebesar Rp. 5.000 untuk gampong/desa dan 10.000 lagi untuk upah pekerja di darat dan di pulau.
“Disisihkan biaya untuk gampong itu diantaranya selain dibantu pembangunan masjid juga untuk penambahan pengadaan baju pelampung agar para pengunjung merasa nyaman saat menyeberang ke pulau. Sedangkan di sisihkan biaya untuk pengelola sebagiannya juga telah digunakan untuk pembersihan pulau,” ujarnya, seraya mengatakan pengaturan biaya yang dikoordinir langsung oleh Gampong Ujong Pulo Rayeuk ini hanya sebatas selama masa percobaan selama 6 bulan terhitung Januari – Juni 2022, sementara terhitung mulai bulan Juli 2022 Pemkab Aceh Selatan melalui dinas terkait secara resmi akan memberlakukan atau menerapkan system kontrak dengan pihak yang nantinya akan mengelola objek wisata tersebut.
