TheTapaktuanPost | Jakarta. Satryo Soematri Brodjonegoro tidak meninggalkan pesan khusus untuk Brian Yuliarto. Dia hanya berharap Brian bisa melanjutkan kerja-kerja yang ditinggalkannya sebagai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi.
Setelah tak lagi menjabat, Satryo akan kembali berkiprah di luar pemerintahan sebagai akademisi.
Satryo menilai, Brian tidak memerlukan pesan khusus karena mereka memiliki nilai-nilai yang lebih kurang sama sebagai sesama lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB). Dia berharap Brian bisa bekerja lebih optimal sebagai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek).
”Kalau soal itu, saya umur 60-70, dia baru 49. (Brian) Sangat (yunior). Seumuran anak saya. Dia sudah tahu semua ilmu saya, kok. Ini nyambung, lah. Bisa, nggak ada masalah ini,” kata Satryo seusai acara serah terima jabatan menteri di Kemendiktisaintek, Jakarta, Rabu (19/2/2025).
Mantan Ketua Asosiasi Ilmu Pengetahuan Indonesia ini mengungkapkan, belum ada tawaran lebih lanjut dari Presiden Prabowo Subianto untuk jabatan di pemerintahan setelah ini. Dia memilih kembali ke dunia pendidikan sebagai akademisi.
Satryo juga menegaskan, dirinya bukan diberhentikan, melainkan mengundurkan diri sebagai menteri. Surat pengunduran diri sudah ia buat pada Selasa (18/2/2025) malam dan diserahkan kepada Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi pada Rabu (19/2/2025) siang, beberapa jam sebelum Brian dilantik sebagai menteri di Istana Kepresidenan, Jakarta.
”Alasan utamanya, saya sudah bekerja keras selama empat bulan ini. Namun, karena mungkin tidak sesuai dengan harapan dari pemerintah, ya, saya lebih baik mundur daripada diberhentikan,” ucapnya.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir berharap Brian bisa memajukan dan mengembangkan pendidikan tinggi. Sejak Rabu pagi, Satryo sudah berada di Kemendiktisaintek. Siang harinya, ia pergi menghindari wartawan yang sudah menunggu pernyataannya terkait isu reshuffle atau pergantian anggota kabinet dengan menggunakan mobil berpelat RI 25.
Kemudian, sekitar pukul 15.00 WIB, Satryo kembali ke Kemendiktisainstek. Dia baru saja kembali setelah menyerahkan surat pengunduran diri ke Kementerian Sekretaris Negara.
”Ilmuwan kan enggak habis-habis kerjaannya. Ilmuwan banyak tugasnya. Akademisi, ilmuwan. Pokoknya kalau kita punya pengetahuan, punya kemauan, pasti bisa kerja. Tidak harus menjabat,” tutur Satryo.
Sementara Brian Yuliarto mengungkapkan, ia baru mendapat kabar pada Rabu (19/2/2025) pagi oleh Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya untuk dilantik pada sore harinya menggantikan Satryo sebagai Mendiktisaintek. Dia ditugaskan Prabowo untuk memastikan program-program strategis pemerintah di sektor diktisaintek berjalan mulus.
”Diktisaintek ini strategis untuk melahirkan industri, melakukan riset, inovasi. Jadi, kita memegang beban tidak ringan, tetapi saya yakin kebersamaan kampus-kampus seluruh Indonesia, negeri dan swasta, bisa membantu mendukung program prioritas Astacita-nya,” kata Brian.
Brian dikenal sebagai ilmuwan di bidang nanomaterial untuk biosensor, energi, dan panel surya (solar PV). Saat ini ia menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi ITB (2025-2029) serta berkomitmen mendorong ITB menjadi pusat unggulan riset dan inovasi global.
Lahir di Jakarta pada 27 Juli 1975, Brian menyelesaikan studi S-1 di ITB pada 1999, lalu meraih magister teknik pada 2002 dan menyelesaikan program doktoral pada 2005 dari The University of Tokyo, Jepang. Ia kemudian menjadi peneliti pascadoktoral di AIST, Jepang, sebelum kembali ke Indonesia sebagai dosen dan peneliti di ITB sejak 2006.
Dia juga menjadi penerima Habibie Prize 2024. Penghargaan diberikan untuk kategori ilmu rekayasa karena dia dinilai mengembangkan teknologi sensor berbasis nanomaterial yang berguna untuk deteksi gas berbahaya dan polutan, diagnosis penyakit kanker dan hepatitis, serta pengembangan teknologi biosensor medis.
Sepanjang kariernya, Brian pernah menjabat sebagai Ketua Program Studi Teknik Fisika ITB, Kepala Pusat Penelitian Nanosains dan Nanoteknologi ITB (2018-2020), dan Dekan Fakultas Teknologi Industri ITB (2020-2025). Sebagai visiting professor di UC Berkeley, Queensland University, Nagoya University, KAUST, dan University of Tsukuba, ia juga aktif dalam kolaborasi internasional.
Di luar bidang akademik, Brian juga aktif sebagai Ketua Lembaga Kajian Kerja Sama Strategis PW Muhammadiyah Jawa Barat (2023-2027) dan Ketua PC Muhammadiyah Cibeunying Kaler (2023-2027).
Pendidikan karakter
Secara terpisah, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir berharap Brian bisa memajukan dan mengembangkan pendidikan tinggi. Dia mengatakan mengenal Brian sebagai sosok ilmuwan brilian, berprestasi, dan berkemajuan.
Haedar meminta Brian untuk menjalankan kebijakan pendidikan tinggi yang menguatkan pendidikan karakter dan meningkatkan secara signifikan kemampuan sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing tinggi.
”Saya percaya yang bersangkutan akan mampu menjalankan mandat dari Bapak Presiden dengan sebaik-baiknya,” ucap Haedar.
Pranata Humas Ahli Muda dan Penjabat Rumah Tangga Kemendiktisaintek Neni Herlina, yang berseteru dengan Satryo sehingga aparatur sipil negara (ASN) Kemendiktisainstek berunjuk rasa pada Januari lalu, berharap pergantian menteri ini menjadikan Kemendiktisainstek bebas dari tindak kekerasan baik sesama ASN maupun dengan pejabat.
”Pergantian menteri, kan, kewenangan Presiden. Jadi, secara prinsip kami paguyuban hanya berharap kejadian kesewenang-wenangan dan kekerasan tidak lagi terjadi di Diktisaintek, dilakukan siapa pun, dari pegawai ataupun pimpinan,” ujar Neni.
Selain Brian, Presiden Prabowo juga melantik beberapa pejabat lain pada Rabu (19/2/2025). Mereka adalah Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Kepala Badan Siber dan Sandi Negara, dan Kepala Badan Pusat Statistik.