TheTapaktuanPost | Kluet Tengah. Kawanan gajah liar dilaporkan kembali turun ke kawasan perkebunan dekat perkampungan penduduk beberapa desa dalam Kecamatan Kluet Tengah, yang berada dipedalaman Kabupaten Aceh Selatan, Sabtu (17/8/2024) malam.
Hewan berbadan besar yang habitatnya dilindungi itu, mengobrak-abrik tanaman pertanian di perkebunan warga seperti sawit, kopi, pinang dan nilam juga merusak pondok petani dilahan perkebunannya.
Misbahuddin, salah seorang warga Desa Malaka, Kecamatan Kluet Tengah, mengatakan, gangguan kawanan gajah liar dikawasan itu terus berulang sejak beberapa bulan terakhir dan sayangnya hingga kini belum ada langkah penanganan serius dari BKSDA dan pihak berwenang lainnya.
“Sebelumnya telah sempat dihalau secara manual oleh warga. Tapi kini kawanan gajah liar tersebut kembali turun merusak lahan perkebunan, sehingga kondisi ini sangat meresahkan masyarakat,” kata Misbahuddin saat dihubungi wartawan dari Tapaktuan, Minggu (18/8/2024).
Dia mengungkapkan, kawanan gajah liar tersebut kerap turun ke lahan perkebunan dekat perkampungan penduduk dimalam hari, sehingga sangat mengancam keselamatan jiwa petani yang bermalam di pondok kebunnya.
“Kawanan gajah liar merusak kebun warga dan pondok dikebun tersebut tempat warga beristirahat di malam hari. Alhamdulillah petani sempat menyelamatkan diri,” ujarnya.
Sejauh ini, kata Misbahuddin, belum ada warga yang menjadi korban dari amukan gajah liar tersebut. Namun dampak dari gangguan gajah liar tersebut sangat merugikan masyarakat setempat karena dengan dirusaknya lahan perkebunan sama saja merusak sumber rezeki mereka untuk memenuhi kebutuhan perekonomian keluarga.
Kawanan gajah liar itu, ujarnya, kerap turun dikawasan perkebunan arumbabah berseberangan dengan pelabuhan Jambur Teka, namun saat sudah menjelang magrib gajah tersebut mulai keluar dan menyebrang lagi ke kawasan Jambur Teka, tepatnya di Desa Lawe Melang dan terus melanglang buana sampai ke Desa Malaka dan Desa si Urai – Urai.
Tak berhenti disitu, menjelang subuh gajah kembali menyebrang ke kawasan arumbabah. Kondisi ini hampir setiap malam dialami masyarakat, sehingga warga menjadi cemas dan menderita akibat ulah gajah yang terus mengobrak-abrik lahan perkebun mereka.
Warga berharap dan memohon kepada pihak terkait baik dari pemerintah daerah maupun BKSDA Aceh agar gangguan gajah liar tersebut segera dilakukan penanganan secara kongkrit.
“Jika persoalan ini tak segera di tangani, selain berdampak terhadap hilangnya mata pencaharian juga berpotensi mengancam keselamatan jiwa warga. Makanya, sebelum dampak kerusakan yang terjadi semakin parah, pihak berwenang harus segera melakukan langkah penanganan yang serius dan komprehensif,” pintanya.