TheTapaktuanPost | Tapaktuan. Polisi menembakkan water cannon dan gas air mata untuk membubarkan ratusan pengunjuk rasa perusuh pemilu yang sudah mengepung kantor Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh Selatan. Puluhan personil polisi juga memasang tameng hidup untuk mencegah kerusuhan meluas.
Peristiwa itu terjadi pada simulasi sistem pengamanan (Sipam) Kota Tapaktuan menjelang hari “H” Pileg dan Pilpres tahun 2019 yang digelar Polres Aceh Selatan di Lapangan Alun-alun depan kantor bupati, Jalan T. Ben Mahmud, Kota Tapaktuan, Selasa (2/4/2019) siang. Simulasi ini melibatkan puluhan anggota Polres dari berbagai satuan, personil Brimob, Satlantas, Dishub, Satpol PP dan masyarakat setempat.
“Kegiatan latihan ini merupakan rangkaian kesiapan kita menghadapi Pileg dan Pilpres 2019,” kata Kapolres Aceh Selatan, AKBP Dedy Sadsono ST kepada wartawan seusai kegiatan simulasi.
Polres Aceh Selatan mengerahkan puluhan anggota polisi dan masyarakat yang bertindak sebagai massa yang melancarkan aksi unjuk rasa memprotes hasil rapat pleno Komisi Independen Pemilihan (KIP) setempat.
Skenario pengamanan dirancang seolah-olah tepat saat sedang berlangsungnya rapat pleno di Kantor KIP Aceh Selatan. Massa pendukung salah satu calon dalam jumlah banyak melancarkan aksi protes ke Kantor KIP karena tidak dapat menerima keputusan rapat pleno yang mengalahkan calon mereka.
Ada tiga tahapan skenario sistem pengendalian massa dan huru hara yang diterapkan Polres Aceh Selatan. Yakni, situasi hijau, situasi kuning dan situasi merah.
Tim negosiator yang diterjunkan Polres Aceh Selatan untuk bernegosiasi dengan pengunjuk rasa tetap tak membuahkan hasil. Massa pun semakin bertambah, melihat situasi seperti itu, kemudian Kapolres memerintahkan escape terhadap komisioner KIP, komisioner Panwas dan saksi partai politik serta menurunkan dalmas dan menyiapkan PHH.
Meskipun telah disampaikan himbauan kepolisian, namun massa tidak peduli, malahan cenderung makin melakukan perlawanan. Akhirnya, Kasat Sabhara terpaksa menurunkan mobil water cannon guna mengurai massa. Tetapi bukannya membubarkan diri, justru massa semakin sulit dikendalikan. Massa mulai membakar ban – ban dan terus melempari petugas.
Karena situasi makin tak terkendali, maka atas persetujuan Kapolda Aceh, Kapolres Aceh Selatan meminta untuk melaksanakan lintas ganti dengan PHH Brimob.
Danki PHH Brimob memerintahkan petugas untuk melakukan pendorongan massa keluar area unjuk rasa. Kembali dilakukan penembakan water cannon dan gas air mata. Himbauan agar membubarkan diri tetap tidak di indahkan, bahkan massa mulai melakukan perlawanan dengan menyerang petugas menggunakan senjata tajam. Sehingga, atas perintah Dantim Anti Anarkis, terpaksa dilakukan tindakan tegas oleh kepolisian untuk melumpuhkan pengunjuk rasa dengan cara ditembak kakinya.
“Latihan pengamanan Pemilu seperti ini memang secara khusus digelar menjelang hari “H” dengan melibatkan personil gabungan dari berbagai satuan, untuk mengukur tingkat kesiapan kita jika sewaktu-waktu terjadi hal-hal yang tak diinginkan,” pungkas Kapolres.
Kegiatan simulasi pengamanan Pemilu ini turut disaksikan oleh Sekdakab H. Nasjuddin S.H, Kapolres AKBP Dedy Sadsono ST, Dandim 0107 Letkol Inf R Sulistiya Herlambang, Ketua Panwaslih Baiman Fadhli S.H dan para pejabat kepala SKPK serta para camat se-Aceh Selatan.