TheTapaktuanPost | Tapaktuan. Koordinator Relawan Mahasiswa Pemenangan Azam di Banda Aceh, M. Irwan ST menilai kritikan terhadap Bupati Aceh Selatan, H. Azwir S.Sos yang dilontarkan oleh Dedi Saputra, oknum mahasiswa yang mengklaim dirinya tokoh muda Aceh Selatan sangat tendensius serta menjurus menyerang ranah privasi.
“Meskipun kita ketahui bahwa sebuah pemerintahan tidak boleh anti kritik yang sifatnya konstruktif. Tapi hendaknya kritikan yang disampaikan tidak sampai menyentuh persoalan privasi seperti mempersoalkan kondisi kesehatannya. Jikapun benar seorang pejabat sedang sakit juga tak elok harus di bentuk Panitia Khusus (Pansus) oleh DPRK,” kata M. Irwan ST kepada wartawan di Tapaktuan, Minggu (30/6/2019).
Atas nama koordinator mahasiswa pemenangan Azam di Banda Aceh, lanjut M. Irwan, pihaknya merasa malu dan bersedih hati akibat ulah oknum mahasiswa yang mengklaim dirinya tokoh muda Aceh Selatan tersebut. Terlebih lagi, saat memberikan pernyataan di media, yang bersangkutan berfoto menggunakan baju almamater sebuah perguruan tinggi di Aceh.
Menurutnya, pada diri seorang mahasiswa secara otomatis melekat stigma dari masyarakat adalah kaum intelektual. Karena itu, dalam melontarkan pernyataan hendaknya lebih berkualitas serta visioner.
“Tak sepantasnya seorang intelektual secara serta merta menyuruh mundur seorang kepala daerah. Jikapun benar Bapak Bupati H. Azwir sedang sakit apakah dia tahu sejauh mana hasil diagnosa dokter dan apakah mampu dibuktikan. Termasuk pernyataannya mengganggu roda pemerintahan, apa tolak ukur sehingga diklaim roda pemerintahan Aceh Selatan telah terganggu, coba sebutkan secara jelas,” tegas M. Irwan.
Seharusnya, sambung anak mantan Panglima GAM wilayah Lhok Tapaktuan ini, Dedi Saputra selaku mahasiswa yang mengklaim dirinya tokoh muda, lebih memfokuskan perhatiannya terhadap kelanjutan pembangunan daerah ketimbang mempersoalkan hal-hal yang sifatnya privasi kepala daerah, sebab kondisi sakit yang sedang dialami tersebut bukanlah hal yang disengaja tapi murni kehendak ALLAH SWT.
Dia mengungkapkan saat ini masih cukup banyak dugaan persoalan pekerjaan proyek yang telah menghabiskan anggaran puluhan miliar rupiah tapi masih mangkrak sehingga menyisakan persoalan bagi daerah.
Seperti proyek Tapaktuan Sport Center (TSC), proyek Gedung Poltas di Puncak Gunung Ribee, proyek bundaran air mancur, Pasar Rakyat Lhok Bengkuang Timur, dugaan mark up (penggelembungan harga) pengadaan tanah pembangunan Puskesmas Sedar Samadua serta proyek pembangunan Rumah Sakit Regional Tipe B di kompleks RSUD Yulidin Away Tapaktuan yang telah menghabiskan anggaran ratusan miliar tapi sayangnya sampai saat ini belum selesai proses serah terima kepada Pemkab Aceh Selatan karena diduga sarat masalah.
“Berbagai macam dugaan Rasuah yang telah berlangsung lama ini hendaknya harus segera didorong oleh kawan-kawan mahasiswa termasuk oknum yang mengklaim dirinya tokoh muda tersebut agar dituntaskan segera oleh aparat penegak hukum sehingga tidak merugikan daerah. Jangan sampai gara-gara berbagai dugaan persoalan ini dibawah bayang-bayang cengkeraman rezim memiliki pengaruh kuat sehingga lenyap begitu saja bak di telan bumi,” sesalnya.