Pelanggan PDAM Perumahan Lhok Keutapang Tumpang Tindih Bayar Rekening Setiap Bulan

TheTapaktuanPost | Tapaktuan. Sejumlah pelanggan air bersih PDAM Tirta Naga Tapaktuan di kompleks perumahan Graha, Lorong II, Gampong Lhok Keutapang, Kecamatan Tapaktuan mengeluhkan double beban biaya yang harus ditanggung atau dibayar setiap bulannya.

Yaitu selain beban biaya rekening air yang harus dibayar setiap bulan juga harus menanggung biaya rekening listrik (token pra-bayar) mesin pompa air (Sanyo) besar yang sebelumnya juga mereka beli sendiri tanpa di sediakan oleh PDAM untuk menarik air dari pipa ke rumah-rumah pelanggan.

Bacaan Lainnya

Marzuki, salah seorang warga setempat mengungkapkan, kondisi tumpang tindih harus membayar rekening setiap bulannya oleh masyarakat penghuni kompleks perumahan tersebut telah berlangsung sejak 4-5 tahun lalu. Yang memberatkan mereka lagi, saat ini satu unit mesin pompa air besar yang mereka beli sendiri seharga hampir Rp. 12 juta telah rusak. Telah dikomunikasikan dengan pihak PDAM Tirta Naga untuk mencari solusinya, perusahaan tersebut lepas tangan tidak mau tahu.

“Kami tawarkan kepada pihak PDAM, boleh kami beli lagi mesin baru tapi terkait pengelolaan dan perawatannya tolong ditangani oleh pihak PDAM. Sebab seharusnya, kami sebagai pelanggan yang sudah membayar rekening air setiap bulannya mendapatkan pelayanan suplai air sampai ke rumah masing-masing. Tidak harus lagi membeli mesin pompa air, biaya perawatan dan membayar rekening listrik setiap bulannya. Tapi sayangnya permintaan itu juga tidak direspon,” kata Marzuki kepada TheTapaktuanPost di Tapaktuan, Jumat (4/6/2021).

Dua solusi itu, sambung Marzuki, telah disampaikan langsung kepada Direktur PDAM Tirta Naga Tapaktuan, namun sayangnya Direktur PDAM Tirta Naga tidak bersedia meresponnya dengan alasan perusahaan tersebut tidak ada anggaran untuk pengadaan mesin pompa air baru dan biaya perawatan mesin serta rekening listrik setiap bulannya.

“Kami sudah menyatakan siap mengumpulkan uang lagi untuk beli mesin seharga hampir Rp. 12 juta, tapi permintaan kami agar pengelolaan mesin itu ke depannya di tangani langsung oleh pihak PDAM juga tidak direspon. Direktur PDAM Tirta Naga langsung lepas tangan tidak mau tahu,” sesalnya.

Kondisi seperti itu, kata Marzuki, sangat merugikan pihaknya karena tumpang tindih harus mengeluarkan uang demi mendapatkan suplai air bersih dari PDAM Tirta Naga Tapaktuan yaitu selain harus membayar rekening air juga harus membayar rekening listrik mesin pompa air setiap bulannya.

“Kami bermohon kepada pihak perusahaan tersebut tolong dipertimbangkan permintaan yang telah kami sampaikan langsung kepada Direktur perusahaan tersebut beberapa waktu lalu. Setidaknya, jika kami harus membeli mesin baru lagi, terkait pengelolaan ke depannya dapat ditangani langsung oleh pihak perusahaan, jangan di bebankan kepada kami seluruhnya,” pinta Marzuki.

Direktur PDAM Tirta Naga Tapaktuan, Cut Maisarah, beberapa kali dihubungi ke nomor ponselnya tidak mengangkat panggilan masuk dari wartawan TheTapaktuanPost. Berselang beberapa jam kemudian, ia mengirim pesan singkat via aplikasi WA mengarahkan TheTapaktuanPost mengonfirmasi dengan Kepala Bagian Teknik.

Sementara itu, Kepala Bagian Teknik PDAM Tirta Naga Tapaktuan, Nover Darmansyah mengatakan pelanggan PDAM yang mendiami kompleks perumahan Graha bersama perusahaan pengembang (developer) perumahan tersebut jauh-jauh hari telah membuat perjanjian dengan PDAM Tirta Naga Tapaktuan bahwa bersedia menyediakan mesin pompa air untuk menarik air ke rumah-rumah pelanggan yang kompleksnya berada di ketinggian atas bukit.

“Saat itu kami sudah menjelaskan bahwa berdasarkan hasil pengukuran debit air tidak mampu tercapai ke kompleks perumahan tersebut. Lalu pihak perusahaan pengembangnya bersedia menyediakan mesin pompa air dan menanggung segala beban biaya ditimbulkan. Baru selanjutnya kami pasang jaringan ke seluruh rumah,” tegas Nover, seraya menyatakan bahwa perjanjian tersebut tertera secara tertulis.

Kondisi serupa, sambung Nover, juga berlaku terhadap pelanggan PDAM Tirta Naga yang menghuni kompleks perumahan di Gampong Lhok Bengkuang (Kolam Aroya Jalan menuju kompleks perkantoran Puncak Gemilang).

Jika memang para penghuni kompleks perumahan Graha Gampong Lhok Keutapang sekarang ini merasa keberatan, ia menyarankan agar melakukan komplain terkait persoalan itu kepada pihak perusahaan pengembang (developer) perumahan tersebut.

“Menurut penilaian kami, yang lebih tepatnya di komplain terkait persoalan itu kepada pihak perusahaan pengembang perumahan tersebut. Sebab sejak dari awal sudah ada perjanjian makanya kami bersedia memasang jaringan air ke lokasi itu,” pungkasnya.              

Pos terkait