Tangan Hasanuddin Korban Gigitan Buaya di Gampong Ujong Tanoh Trumon Diamputasi

TheTapaktuanPost | Trumon. Tangan sebelah kanan Hasanuddin (50), warga Gampong Ujong Tanoh, Kecamatan Trumon, Aceh Selatan, korban gigitan buaya di Sungai (Krueng) Itam gampong setempat akhirnya harus diamputasi dalam penanganan medis di BLUD RS dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan. Sebelumnya, saat ditemukan warga diatas jembatan Krueng Itam tangan sebelah kanan korban nyaris putus digigit buaya saat Ia sedang mencari kangkung di sungai tersebut.

Kepastian informasi ini disampaikan Plt. Direktur RSUDYA Tapaktuan dr. Syah Mahdi Sp.PD saat dimintai konfirmasi oleh TheTapaktuanPost, Kamis (24/2/2022).

Bacaan Lainnya

“Iya benar, diamputasi di bawah siku lengan sebelah kanan,” kata dr. Syah Mahdi.

Pengakuan senada juga disampaikan Keuchik Gampong Ujong Tanoh, Kecamatan Trumon, Saiful Arif, saat dikonfirmasi secara terpisah. Menurutnya, kepastian dilakukan tindakan amputasi saat dalam perawatan medis di RSUDYA Tapaktuan itu berdasarkan informasi yang disampaikan pihak keluarga korban.   

“Tadi saya berbicara dengan keluarganya, di informasikan bahwa tangan korban sebelah kanan akan diamputasi. Memang saat korban dibawa oleh warga ke Puskesmas Trumon sebelum di rujuk ke RSUDYA Tapaktuan, terlihat tangan korban nyaris putus hanya tinggal kulit saja,” kata Saiful saat dikonfirmasi TheTapaktuanPost via sambungan telepon, Kamis (24/2/2022).

Terkait keberadaan buaya yang merupakan satwa dilindungi oleh negara di Krueng Itam yang telah meresahkan warga setempat, diakui Saiful telah dilaporkan kepada pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh. Ia mengaku, pada Rabu sore kemarin atau berselang beberapa jam pasca kejadian tangan salah seorang warga digigit buaya, dua orang petugas BKSDA Aceh telah turun ke lokasi.

“Setelah kami laporkan sore kemarin memang ada 2 orang petugas BKSDA turun ke lokasi, tapi terkait bagaimana proses penanganannya kami belum tahu. Yang ada dibilang bahwa mereka akan melaporkannya kepada atasan mereka. Bagaimana tindakan lebih lanjut kami belum tahu. Sampai saat ini kami masih menunggu kedatangan kembali petugas BKSDA tersebut,” ungkap Saiful Arif.

Pihaknya, sambung Saiful, sangat berharap kepada BKSDA Aceh segera mengambil langkah menangani gangguan buaya tersebut, sehingga tidak menambah jatuh korban jiwa masyarakat setempat yang sering beraktivitas mencari rezeki di aliran sungai (krueng) Itam tersebut.

“Saya sudah larang masyarakat mengambil tindakan `main hakim sendiri`, sebab kalau dibunuh akan ada sanksi hukum karena melanggar aturan negara. Makanya kami sangat berharap kepada BKSDA Aceh segera menanganinya. Apakah akan ditangkap lalu dipindahkan ke lokasi penangkarannya secara khusus sehingga tidak mengganggu aktivitas kehidupan masyarakat,” imbuhnya memberi solusi.

Sementara itu, Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Subulussalam BKSDA Aceh, Hadi Sofyan yang dimintai konfirmasi oleh TheTapaktuanPost seperti terkesan tak meresponnya dengan serius. Dihubungi ke nomor ponselnya pada Rabu (23/2/2022) malam, tak di angkat meskipun terdengar jelas suara panggilan masuk.

Ia hanya membalas konfirmasi yang dikirim via pesan WA dengan mengatakan tim BKSDA Aceh pada Rabu sore langsung merespon kejadian tersebut dengan mendatangi lokasi dan akan melakukan langkah untuk penanganan lebih lanjut.

Ketika ditanyakan lagi, bagaimana bentuk langkah penanganan yang akan dilakukan apakah buaya tersebut akan ditangkap lalu dipindahkan ke lokasi penangkarannya atau bagaimana?, Hadi Sofyan justru tak membalas lagi pesan WA yang dikirim wartawan TheTapaktuanPost.            

Pos terkait