TheTapaktuanPost | Banda Aceh. Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA) menyampaikan kabar gembira terkait kegiatan eksplorasi minyak dan gas (migas) di laut Andaman atau 40 mil dari garis pantai Pidie Jaya (Pijay), Pidie, dan Bireuen.
Di mana kegiatan pengeboran migas akan dimulai Mei 2022 pada sumur Timphan-1 pada Wilayah Kerja (WK) Andaman II oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Premier Oil sebagai operator di bawah pengawasan SKK Migas.
“Pengeboran sumur Timphan – 1 dimulai Mei 2022,” ungkap Deputi Perencanaan BPMA Ir Muhammad Mulyawan ST MSc kepada Serambi usai seminar nasional yang digelar BPMA dengan Repsol di Hotel Kyriad Muraya Banda Aceh, Kamis (24/3/2022).
Setelah pengeboran Timphan – 1 selesai, kata Mulyawan, dilanjutkan pengeboran sumur Rencong 1X pada WK Andaman III yang diperkirakan pada Juli atau Agustus mendatang. Pengeboran ini dilakukan oleh perusahaan migas asal Spanyol Repsol Andaman BV yang berada di bawah pengawasan BPMA.
Mulyawan menyatakan, pengeboran migas tersebut akan memakan waktu tiga bulan lamanya, itupun jika tidak terjadi kendala di lapangan. Sementara kedalaman perairan tempat dilakukan pengeboran berkisar antara 1090 – 1200 meter di bawah permukaan laut.
“Sumur Rencong 1X dari hasil analisa seismik sementara terhadap seismik 3D diperkirakan memiliki sumberdaya gas sebesar 3 TSCF, jadi kira2 1/5 nya Arun. Itu sudah sangat besar untuk kondisi kita saat ini,” ungkap Mulyawan.
Dalam kegiatan eksplorasi tersebut, tambah Mulyawan, investor tidak mengalami kendala yang berarti. “Alhamdulillah kendala sudah teratasi, kendala terbesar adalah pengadaan drilling ship (kapal pengeboran) yang mampu untuk melakukan pengeboran di laut dalam,” ungkapnya.
Untuk diketahui, setelah PT Arun melakukan pengapalan gas terakhir ke Jepang sembilan tahun lalu, era kejayaan migas Aceh dianggap sudah berakhir.
Nyatanya, saat ini di Aceh terdapat sejumlah blok migas yang dalam tahap eksplorasi maupun produksi, yang berada di bawah naungan SKK Migas dan BPMA.
Untuk BPMA sendiri, menaungi enam blok, selain Blok Andaman III, juga ada Blok A, Blok B, Blok Pase, Blok Lhokseumawe, dan South Blok A.
Sedangkan blok di bawah SKK Migas yaitu Blok Andaman II, Blok Andaman I, South Andaman, Blok NSO, Blok Krueng Mane, dan Blok Seruway.
Selain itu masih ada satu blok lagi yaitu Blok Pertamina EP, yang saat ini sedang proses transisi pemecahan (curveout) agar sesuai dengan PP 23/2015 sehingga nantinya menjadi entitas blok tersendiri di bawah pengawasan BPMA.
Blok itu terdiri dari lapangan minyak Rantau, lapangan minyak Kuala Simpang Barat dan lapangan minyak Kuala Simpang Timur serta lapangan minyak Perlak.
“InsyaAllah akhir bulan ini kita akan mengadakan FGD antara BPMA, SKK Migas, Pertamina EP, dan Kementrian ESDM untuk segera mengimplementasikan proses curveout tersebut,” ungkap Mulyawan.
Ulangi Kejayaan Migas
Mulyawan juga mengungkapkan bahwa wilayah kerja migas di Aceh yang ada saat ini merupakan hasil eksplorasi yang masif para pendahulu di tahun 1971 sehingga menemukan lapangan Arun yang memiliki cadangan 17 TSCF (Giant Discovery).
“Setelah itu kegiatan eksplorasi turun karena kondisi konflik. Nah untuk mengulang kejayaan hulu migas di Aceh, maka diperlukan peningkatan kegiatan eksplorasi,” terang Mulyawan.
Sementara Stakeholder Relations Repsol, Amir Faisal Jindan juga berharap semua otoritas di Aceh memberi dukungan atas kegiatan eksplorasi ini, baik BPMA, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, hingga masyarakat.
“Tanpa adanya dukungan, industri ini tidak akan jalan. Industri ini, industri padat modal dan padat karya. Kalau padat modal padat risiko. Dengan risiko yang tinggi, 90 persen kemungkinan gagal dan 10 persen harap. Karena yang dicari barang milik Tuhan. Jadi kita berharap dan berdoa,” ujarnya.
Ia mengaku bersyukur karena sejak melakukan seismik di lepas pantai tahun 2017, respon pemerintah daerah dan masyarakat sangat positif atas kegiatan eksplorasi migas di laut Andaman.
“Alhamdulillah ditiga kabupaten, Pidie, Pidie Jaya, dan Bireuen, dukungan sangat baik. Baik dari pemerintah kabupaten sampai dengan jajarannya, termasuk panglima laot dan jajaran serta masyarakat. Kita berharap dukungan ini terus berlajut. Niatnya satu, industri hulu migas berjalan di tanah Aceh agar generasi masa depan bisa menikmati kehidupan dari industri migas,” tutupnya.
Pengelolaan migas di laut Andaman Aceh juga diseminarkan secara nasional oleh Pengurus Cabang Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Banda Aceh yang bekerja sama dengan BPMA Proudly Presents serta Repsol Indonesia di Hotel Kyriad Hotel Banda Aceh, kemarin. Pada hari yang sama, PII yang diketuai Ir Purwandy Hasibuan ST MEng IPM juga menggelar rapat pimpinan cabang (rapimcab) organisasi tersebut.
Kegiatan yang dibuka Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman itu menghadirkan lima pembicara yaitu Deputi Bidang Koordinasi Pertàhanan Negara, Kemenkopolhukam RI, Mayjen TNI Hilman Hadi SIP MBA MHan, Deputi Perencanaan BPMA Ir Muhammad Mulyawan ST MSc, Staf Ahli Menteri ESDM Bidang Ekonomi Sumber Daya Alam, Sampe L Purba, dan Teuku Kamaruzzaman SH tokoh perdamaian Aceh.