Meski Peralatan Terbatas, Usaha Pengolahan Limbah Sabut Kelapa di Aceh Selatan Menghasilkan Omzet Rp.7 juta/bulan

TheTapaktuanPost | Labuhanhaji Barat. Meskipun masih terbatas dukungan peralatan sarana dan prasarana serta permodalan, usaha pengolahan limbah sabut kelapa yang digagas UKM Kuber Agung Cemerlang binaan Pemerintah Gampong Panton Pawoh, Kecamatan Labuhanhaji Barat, Aceh Selatan mampu menghasilkan omzet mencapai Rp. 7 juta/bulan.

Karena keterbatasan  peralatan pula, jenis produk yang dihasilkan dan banyak di order oleh konsumen di pasaran masih sebatas produk cocovit (pupuk organik sabut kelapa). Sedangkan cocovaiber (sabut kelapa) belum bisa di olah dan dipasarkan karena belum ada dukungan mesin press.

Bacaan Lainnya

Muslizar, salah seorang penggerak UKM Kuber, menuturkan, meskipun dengan segala keterbatasan peralatan pihaknya terus menggerakkan kegiatan usaha dengan memanfaatkan peralatan seadanya menggunakan mesin penggiling yang di rancang melalui Tekhnologi Tepat Guna (TTG) hasil inovasi dan rakitan sendiri.

“Meskipun dengan segala keterbatasan peralatan, Alhamdulillah usaha ini mampu menghasillkan omzet mencapai Rp. 7 juta/bulan. Hasil produk selain di pasarkan ke beberapa daerah dalam wilayah Provinsi Aceh seperti Kota Banda Aceh dan Kota Lhokseumawe juga dipasarkan sampai ke Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara,” kata Muslizar saat di sambangi TheTapaktuanPost, Ahad (17/1/2021).

Ia mengungkapkan, kegiatan usaha olahan limbah sabut kelapa ini pertama kali dirintis pada tahun 2017 silam. Namun dua tahun kemudian, kegiatan usaha terpaksa harus berhenti beroperasi, karena bangunan pabrik mengalami rusak parah, akibat tertimpa pohon besar yang tumbang lalu mengenai bangunan pabrik pengolahan limbah sabut kelapa ini.

Setelah menganggur selama beberapa tahun, berkat kegigihan dan semangat ingin membuka usaha yang masih kuat serta berkat dukungan Pemerintah Gampong Panton Pawoh, akhirnya UKM Kuber Agung Cemerlang kembali merintis memulai kegiatan usahanya pada bulan November 2020 lalu.

“Meskipun dengan keterbatasan peralatan seadanya hasil rakitan sendiri, namun kegiatan usaha ini secara perlahan-lahan terus kami jalankan sampai saat sekarang ini. Alhamdulillah, sejumlah konsumen baik dalam wilayah Aceh maupun luar Aceh mulai melirik hasil produksi usaha ini yang di tandai dengan makin meningkatnya orderan produk setiap pekannya,” ujar Muslizar yang turut didampingi Keuchik Gampong Panton Pawoh, Said Anshar.

Ia menyatakan, selain keterbatasan peralatan sejauh ini jalannya kegiatan usaha tidak ada kendala signifikan yang di hadapi pihaknya. Sebab untuk kebutuhan bahan bakunya tersedia cukup melimpah baik di wilayah pesisir Kabupaten Aceh Selatan maupun di wilayah pesisir Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) yang dikumpulkan lalu di beli pada masyarakat.

“Jika usaha ini terus berkembang kami yakin akan meningkatkan perekonomian dan daya beli pasar di wilayah ini. Sebab perputaran uang beredar dan langsung di rasakan oleh masyarakat karena bahan bakunya langsung dikumpulkan lalu kami beli pada masyarakat,” ungkapnya.

Camat Labuhanhaji Barat, Said Suhardi S.Pd mengatakan, Pemkab Aceh Selatan melalui kecamatan setempat sangat mengapresiasi penemuan teknologi tepat guna (TTG) oleh masyarakatnya melalui UKM Kuber Agung Cemerlang yang juga kelompok kegiatan usaha binaan Pemerintah Gampong Panton Pawoh.

“Kehadiran kegiatan usaha seperti ini sangat di butuhkan dan kami nilai sangat tepat untuk dikembangkan, sehingga dapat menampung tenaga kerja local serta meningkatkan perekonomian masyarakat di gampong-gampong,” ucapnya.

Sementara itu, anggota DPRK Aceh Selatan dari PNA dapil Labuhanhaji Raya, Hasbullah, mengatakan, usaha yang digeluti masyarakat di Gampong Panton Pawoh ini, perlu mendapat perhatian serius dari  pemerintah daerah melalui dinas teknis terkait dalam hal ini yaitu Disdagperinkop dan UKM Aceh Selatan.

“Setelah kita perhatikan masih banyak kekurangan seperti belum ada mesin press sabut kelapa sehingga hasil produksi yang baru bisa dihasilkan dan dipasarkan ke konsumen adalah baru pupuk organic. Sedangkan jenis produk lainnya menggunakan bahan baku limbah sabut kelapa masih mengalami kendala karena belum ada dukungan peralatan yang memadai. Makanya kita meminta kepada instansi terkait baik di jajaran Pemkab Aceh Selatan, Pemerintah Aceh hingga kementerian terkait di Jakarta segera membantu pengembangan usaha kecil yang digagas oleh masyarakat miskin tersebut,” harap Hasbullah. [] NB

Pos terkait