Setelah “wara-wiri” di lima periode gubernur, dan berlumur gula-gula kekuasaan, Alhudri akhirnya tersungkur. Per 21 Mei 2024, di provinsi, jabatan Alhudri “di-bangku-panjang-kan”.
PENJABAT GUBERNUR ACEH Bustami Hamzah rupanya terlalu kuat untuk ditembus lobi-lobi “Danser” Alhudri. Apa lagi, keduanya telah lama tidak klop; bermusuh di dalam selimut. Isu yang menyeruak, keduanya saling ingin “menggusur” dan memperebutkan posisi puncak Pemerintahan Aceh. Alhudri juga dikabarkan sempat mengincar posisi Sekretaris Daerah Aceh yang kala itu masih dijabat Bustami.
Bahkan ada kesan Alhudri memaksakan harus “mengambil” posisi itu. Trik dan intrikpun dimainkan dari delapan penjuru mata angin politik. Tapi takdir berkata lain. Bola kekuasaan kini justru berada di genggamanan Bustami. Alhudri pun; minggir wiiirrr…!
Terlepas dari itu, pengembalian Alhudri sebagai staf kian menguatkan bukti bahwa betapa tak kompetennya pejabat eselon dua ini. Jauh hari sebelum dikirim ke Gayo Lues, Hudri diduga bikin “gaduh” Dinas Pendidikan Aceh.
Sebagai kepala dinas, ia seharusnya membawa jabatan tersebut memperbaiki mutu pendidikan Aceh. Yang terjadi justru sebaliknya, kehadiran Hudri dinilai pengamat malah menambah masalah. Sebab, Alhudri dianggap tidak mengetahui akar masalah pendidikan Aceh.
Padahal, saat Alhudri mulai menjadi kepala pada 2021, anggaran Dinas Pendidikan Aceh sebesar Rp3,562 triliun. Lalu tahun 2022 (Rp2,9 triliun lebih) dan 2023 (Rp2,7 triliun lebih).
Uang sebanyak itu seharusnya dipakai untuk mendongkrak kualitas pendidikan Aceh. Tapi oleh Alhudri, jibunan uang rakyat itu justru diduga dipakai untuk memperbanyak proyek fisik pendidikan. Dari sinilah, menguar aroma tak sedap terhadap Alhudri terkait pengelolaan proyek-proyek di dinas.
Ketika dikirim ke Gayo Lues, otomatis Alhudri mengendalikan dua anggaran. Bedanya, anggaran Gayo Lues lebih kecil ketimbang Dinas Pendidikan. Pada 2023 hanya sekira Rp900 miliar dan tahun ini turun menjadi sekitar Rp850 miliar.
Di Gayo Lues, Alhudri juga membuat “kegaduhan”. Dia sempat bersitegang dengan ulama dayah. Beberapa kepala dinas juga memilih mundur karena diduga tak tahan akan attitude Alhudri. Karena itu, keputusan Bustami Hamzah memulangkan bekas Kepala Dinas Sosial Aceh tersebut ke Setda Aceh, sangatlah tepat.
Kini, Alhudri tak bisa lagi mengontrol dan mengendalikan proyek-proyek di Dinas Pendidikan Aceh yang bertumpuk cuan itu. Harapan dia hanya tersisa di APBK Gayo Lues. Secara tidak langsung, kebijakan Bustami telah “mengamputasi” kekuatan logistik Alhudri yang selama lima gubernur diduga berjalan mulus.
Anda Alhudri, menyingkirlah sesaat karena orang pintar secara kompetensi cukup banyak di Aceh. Kali ini, langkah “kuda” catur Anda terbaca Bustami; checkmate Alhudri!