Sebelum Meninggal, Dokter Imai Indra Sempat Mengoperasi Pasien Covid-19

TheTapaktuanPost | Banda Aceh. Seorang dokter spesialis anestesi di Rumah Sakit Zainal Abidin (RSUZA) Banda Aceh, Imai Indra meninggal dunia karena Covid-19.

Sebelum menjalani perawatan, dokter Imai Indra diketahui sempat melakukan tindakan operasi pada pasien Covid-19 sekitar tiga pekan lalu.

Bacaan Lainnya

Dokter Imai kemudian dinyatakan positif Covid-19 melalui tes swab.

Namun, nyawanya tak tertolong. Dokter Imai Indra mengembuskan napas terakhirnya pada Rabu (2/9/2020) ketika menjalani perawatan.

Diduga terpapar usai mengoperasi pasien corona

Kabar duka itu dibenarkan oleh Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Aceh, Safrizal Rahman. Safrizal menjelaskan, sekitar tiga pekan lalu, dokter Imai melakukan tindakan operasi pada salah satu pasien Covid-19.

Diduga almarhum terpapar Covid-19 pada saat itu.

“Beliau harus melakukan tindakan operasi terhadap pasien Covid-19, sudah 3 minggu yang lalu, beliau lakukan tindakan operasi jadi beliau terpapar,” kata dia, melansir Serambinews.com.

Diswab, hasil positif dan sempat koma

Safrizal menuturkan, usai melakukan operasi, dokter Imai menjalani tes swab. Hasilnya, dokter tersebut dinyatakan positif Covid-19.

Ketika dirawat, kondisi dokter Imai Indra terus mengalami penurunan.

“Swabnya sudah seminggu lalu, udah dirawat di RICU enggak sadar dan langsung koma,” ujar dia.

Dokter Imai mengembuskan napas terakhir pada Rabu (2/9/2020) pukul 09.40 WIB di Ruang Respiratory Intesive Care Unit (RICU) RSUZA Banda Aceh.

Safrizal menegaskan, kasus meninggalnya dokter Imai adalah kasus dokter pertama meninggal di Aceh lantaran Covid-19.

IDI Aceh mengimbau, pemerintah setempat melakukan langkah konkret untuk menekan jumlah kasus Covid-19 di Aceh.

Misalnya, dengan melakukan pembatasan pergerakan warga dan memperbanyak tes untuk mengetahui penyebaran virus.

“Selanjutnya, perbanyak tes dan lakukan pencarian kasus secara aktif. Lakukan isolasi bagi yang positif di bawah pengawasan ketat medis,” tutur dia.

“Kalau tidak, pelan-pelan Aceh akan terus kehilangan putra terbaiknya,” pungkas Safrizal. (kompas.com)

Pos terkait