TheTapaktuanPost | Tapaktuan. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Aceh menggelar rapat fasilitasi dan koordinasi Satgas Percepatan Penurunan Stunting (PPS) di Kabupaten Aceh Selatan.
Acara tersebut berlangsung di ruang rapat Setdakab Kabupaten Aceh Selatan, Kamis (9/3/2023).
Rapat tersebut merupakan rapat koordinasi teknis dengan berbagai lintas sektor terkait. Mengingat Aceh merupakan provinsi dengan prevalensi balita stunting tertinggi kelima di Indonesia pada 2022.
Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi balita stunting di Provinsi Aceh sebesar 31,2% pada tahun lalu.
Di Kabupaten Aceh Selatan sendiri angka stunting cukup tinggi yaitu berkisar 34,8 % di tahun 2022 yang sebelumnya angka stunting di Aceh Selatan hanya 27,3 % di tahun 2021, sehingga ada kenaikan signifikan 7,5 %.
Dalam sambutannya, Kepala BKKBN Aceh Drs. Sahidal Kasri, M.Pd yang diwakili oleh Ihya, SE., MM mengatakan, angka stunting di Aceh Selatan meningkat, oleh karena itu diperlukan sinergitas di semua leading sektor.
“Mari kita lihat misalkan di tingkat desa, pada dasarnya mereka tidak mempunyai disiplin ilmu kesehatan, tapi peran posyandu desa mempunyai peran penting terhadap sosialisasi kesehatan termasuk stunting,” kata Ihya.
Lanjutnya, pada hakikatnya banyak ibu yang mempunyai anak balita dan tidak siap untuk hamil lagi, lantaran anaknya yang masih kecil, tapi tidak memakai alat kontrasepsi sehingga anak masih kecil dan kemudian lahir bayi lagi, nah ini sangat rawan terjadinya stunting. Maka diperlukan penyuluhan yang menyeluruh kepada masyarakat.
Bupati Aceh Selatan Tgk. Amran dalam sambutannya yang diwakili oleh Asisten III Halimudin, SH, MH mengatakan, strategi nasional percepatan penurunan stunting dilakukan untuk mencapai target tujuan pembangunan pada tahun 2023 yaitu menurunkan prevelensi stunting, meningkatkan kualitas penyiapan kehidupan berkualitas, menjamin pemenuhan asupan gizi, memperbaiki pola asuh, meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan, meningkatkan akses air minum dan air bersih.
“Sasaran kelompok berupa remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui dan anak berusia 0-59 bulan,” kata Halimudin.
Kepala Dinas DP3AKB Kabupaten Aceh Selatan Drs. Shaumi Radli mengatakan stunting akan menimbulkan dampak jangka pendek berupa terganggunya perkembangan otak, kecerdasan berkurang, gangguan pertumbuhan fisik dan gangguan metabolisme tubuh.
“Selanjutnya untuk jangka panjang berupa menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh, sehingga mudah terpapar penyakit, dan meningkatnya resiko memiliki penyakit diabetes, obesitas, jantung, penyakit pembuluh darah, kanker, stroke dan disabilitas. Maka dari itu program penurunan stunting merupakan tanggungjawab kita semua untuk bersinergi dengan berbagai leading sektor,” pungkas Shaumi Radli.